Harga minyak mentah WTI diperdagangkan di sekitar level $69.6 per barel – level terendah dalam kurun delapan bulan, seiring belum meredanya aksi jual pada minyak.
Aksi jual yang terjadi baru-baru ini dipicu oleh adanya kekhawatiran kelebihan pasokan, terutama pasca OPEC berencana untuk meningkatkan produksinya dan Libya dilaporkan akan kembali melanjutkan produksi minyaknya yang sempat dihentikan akibat force majeure.
Meskipun demikian, Reuters melaporkan bahwa OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk menunda rencana menaikkan produksinya yang semula akan dimulai pada kuartal keempat.
Di sisi lain, adanya kekhawatiran seputar prospek permintaan terus mempengaruhi sentimen investor, terlebih di tengah mengecewakannya data ekonomi dari sejumlah negara maju.
Data ekonomi terbaru China mengindikasikan pertumbuhan ekonomi cenderung lemah dan permintaan pabrik mengalami penurunan. Di tempat terpisah, data PMI Manufaktur AS mengindikasikan aktivitas pabrik di AS mengalami kontraksi lima bulan berturut-turut.
Dari sisi persediaan, data API terbaru mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turun 7.4 juta barel – jauh lebih tinggi dari perkiraan turun 0.9 juta barel.