Harga minyak mentah WTI turun ke sekitar level $73.5 per barel setelah kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS – konsumen minyak terbesar di dunia, melampaui kekhawatiran terhadap memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah.
Kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS meningkat setelah data ketenagakerjaan AS terbaru membukukan hasil yang mengecewakan.
Mengecewakannya data ketenagakerjaan AS sejalan dengan mengecewakannya data aktivitas manufaktur AS, di mana data ISM Manufacturing PMI mengindikasikan bahwa aktivitas manufaktur di AS mengalami kontraksi lebih besar dari perkiraan.
Di saat yang sama, sektor manufaktur China juga dilaporkan mengalami kontraksi, sehingga meningkatkan kekhawatiran seputar prospek permintaan minyak dari China – importir minyak mentah terbesar di dunia.
Sementara itu, tensi geopolitik di Timur Tengah kian memanas setelah muncul laporan bahwa sebuah serangan Udara yang dilancarkan oleh Israel pada hari Minggu (4 Agustus) kemarin menghantam dua sekolah dan menewaskan sedikitnya 30 orang.
Terkait situasi di Timur Tengah, para investor juga sejauh ini terus mencermati respon Iran setelah bersumpah akan melakukan pembalasan atas tewasnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.